Kelahiran Tuhan
kita Yesus Kristus yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
perayaan pagan non-Katolik. Tetapi, banyak umat Kristen dan non-Kristen
menganggap bahwa perayaan kelahiran Yesus Kristus pada tanggal 25
Desember adalah sebuah bentuk adopsi terhadap perayaan pagan kekaisaran
romawi. a perayaan pagan ke
dalam Kekristenan. Mitos ini begitu terpatri kuat dalam benak banyak
orang bahkan banyak umat Katolik sendiri terpengaruh dengan hal ini.
Pertama-tama, dokumen Konsili Nicea I pada tahun 325 M sama aaasekali tidak berisi apapun mengenai Perayaan Natal. ( Konsili Nicea I klik disini).
Entah dari mana datangnya tuduhan bahwa Kaisar Konstantinus adalah
orang yang menetapkan Natal. Terlihat sekali ada usaha untuk
mendiskreditkan Katolik dengan menuduh demikian.
Kedua,
Natal bukanlah sebuah perayaan yang diadopsi dari perayaan pagan
Kekaisaran Romawi. Penjelasan mengenai hal ini cukup panjang.
Pendapat
bahwa Natal diadopsi dari perayaan pagan muncul pada abad ke-17 dari
kalangan Protestan aliran Puritan di Inggris dan Presbiterian di
Skotlandia. Kedua denominasi Protestan ini sangat membenci banyak
hal-hal berbau Katolik atau yang memiliki asal-usul dari Gereja Katolik.
Kemudian, seorang pendeta Protestan berkebangsaan Jerman bernama Paul
Ernst Jablonski mendukung pernyataan dua denominasi di atas dengan
mengatakan bahwa perayaan Natal adalah perayaan pagan romawi yang
mengkorupsi dan memaganisasi Kekristenan yang murni.
Klaim-klaim yang dipaparkan adalah bahwa Natal diadopsi dari dua perayaan pagan, Perayaan Saturnalia untuk menyembah Dewa Saturnus dan Dies Natalis Solis Invicti (Birth of Unconquered Sun / Kelahiran Matahari tak tertaklukkan). Banyak
mitos beredar bahwa Saturnalia dirayakan pada tanggal 25 Desember
sehingga orang-orang menganggap Natal diadopsi dari perayaan Saturnalia
ini karena tanggalnya sama. Tetapi tidak seperti itu faktanya.
Perayaan Saturnalia
adalah perayaan romawi kuno untuk penyembahan terhadap Dewa Saturnus.
Pada permulaan bulan Desember, para petani sudah harus menyelesaikan
segala aktivitas pertanian musim gugurnya (De Re Rustica, III.14)
dan kemudian dilanjutkan dengan penyembahan terhadap Saturnus dengan
sebuah perayaan bernama Saturnalia. Saturnalia resminya dirayakan pada
tanggal 17 Desember hingga 23 Desember. Kaisar Augustus menguranginya
menjadi tiga hari sehingga instansi-instansi sipil tidak perlu tutup
lebih lama dari seharusnya, dan Kaisar Kaligula menambahkannya menjadi
lima (Suetonius, XVII; Cassius Dio, LIX. 6). Terakhir, Kaisar Klaudis
mengembalikan perayaan ini seperti semula. (Dio, LX.25). Jadi, mengapa
dikatakan Natal diadopsi dari Saturnalia? Tidak ada tanggal 25 Desember
pada Perayaan Saturnalia ini.
Perayaan Dies Natalis Solis Invicti ini adalah perayaan pagan romawi yang paling sering
dijadikan dasar tuduhan bahwa Natal diadopsi dari perayaan Dies Natalis
Solis Invicti. Tuduhan ini sama sekali tidak memiliki substansi
sejarah mengingat Natal telah dirayakan secara sederhana di
katakombe-katakombe sejak abad-abad awal. [Daniel Rops, Prières des Premiers Chrétiens, Paris: Fayard, 1952, pp. 125-127, 228-229].
Fakta berbicara sebaliknya dari mitos ini. Perayaan Dies Natalis Solis
Invicti ini justru adalah perayaan pagan yang ditetapkan untuk
menandingi perayaan Natal Gereja Perdana (Gereja Katolik).
Kaisar Aurelianus yang memerintah dari tahun 70 M hingga tahun 75 M sangat membenci Kekristenan. Dia menetapkan Dies Natalis Solis Invicti pada
tanggal 25 Desember 274 sebagai alat untuk mempersatukan kultus-kultus
pemujaan pagan di sekitar Kekaisaran Romawi untuk merayakan “kelahiran
kembali” matahari. Aurelianus memimpin sebuah kekaisaran yang nyaris
runtuh akibat perpecahan internal, pemberontakan-pemberontakan, krisis
ekonomi, dan serangan-serangan dari suku bangsa German di utara dan
Kerajaan Persia di timur.
Dalam
menetapkan perayaan baru ini, Aurelianus berharap “kelahiran kembali”
matahari menjadi simbol harapan bagi “kelahiran kembali” Kekaisaran
Romawi dengan merayakan penyembahan terhadap dewa yang menurut mereka
telah membawa kekaisaran Romawi ke dalam kebesaran dan kejayaan di
dunia. Penetapan
perayaan pagan pada tanggal 25 Desember 274 ini oleh Aurelianus bukan
hanya sekadar manuver politik saja tetapi juga sebuah usaha untuk
memberikan signifikansi pagan terhadap tanggal 25 Desember yang
merupakan salah satu tanggal penting Gereja Perdana (Gereja
Perdana=Gereja Katolik).
Perkembangan Gereja Katolik yang pesat sejak kelahirannya pada tahun 33 M saat Pentakosta semakin hari semakin memberi dampak dan pengaruh yang besar terhadap Kekaisaran Romawi. Hal ini menurut Aurelianus dan beberapa Kaisar Romawi lainnya perlu dihilangkan. Penetapan Dies Natalis Solis Invicti ini dapat kita katakan sebagai salah satu usaha Aurelianus untuk menandingi perayaan Natal Gereja Katolik yang merayakan kelahiran Sang Terang Abadi dan Tak Tertaklukan, Yesus Kristus.
Terlepas dari pasti atau tidak pastinya tanggal 25 Desember sebagai tanggal asli kelahiran Kristus, Natal tetaplah merupakan Hari Raya yang ditetapkan Gereja Katolik untuk merayakan kelahiran Kristus berdasarkan usaha-usaha Para Bapa Gereja untuk menemukan tanggal historis kelahiran Yesus Kristus. Natal sama sekali bukan perayaan pagan yang diadopsi ke dalam Kekristenan tetapi sebuah perayaan yang berasal dari dalam Gereja Katolik sendiri. Pernyataan bahwa Natal adalah perayaan pagan yang diadopsi oleh Gereja Katolik adalah pernyataan yang sama sekali merupakan sebuah mitos.
Referensi:
Sumber : http://indonesian-papist.blogspot.com/2011/12/apakah-natal-itu-hasil-adopsi-dari.html
Perkembangan Gereja Katolik yang pesat sejak kelahirannya pada tahun 33 M saat Pentakosta semakin hari semakin memberi dampak dan pengaruh yang besar terhadap Kekaisaran Romawi. Hal ini menurut Aurelianus dan beberapa Kaisar Romawi lainnya perlu dihilangkan. Penetapan Dies Natalis Solis Invicti ini dapat kita katakan sebagai salah satu usaha Aurelianus untuk menandingi perayaan Natal Gereja Katolik yang merayakan kelahiran Sang Terang Abadi dan Tak Tertaklukan, Yesus Kristus.
Terlepas dari pasti atau tidak pastinya tanggal 25 Desember sebagai tanggal asli kelahiran Kristus, Natal tetaplah merupakan Hari Raya yang ditetapkan Gereja Katolik untuk merayakan kelahiran Kristus berdasarkan usaha-usaha Para Bapa Gereja untuk menemukan tanggal historis kelahiran Yesus Kristus. Natal sama sekali bukan perayaan pagan yang diadopsi ke dalam Kekristenan tetapi sebuah perayaan yang berasal dari dalam Gereja Katolik sendiri. Pernyataan bahwa Natal adalah perayaan pagan yang diadopsi oleh Gereja Katolik adalah pernyataan yang sama sekali merupakan sebuah mitos.
Referensi:
- Christmas Was Never a Pagan Holiday by Marian T. Horvath, Ph. D.
- Calculating Christmas by William J. Tighe (Professor Sejarah dari Muhlenberg College di Allentown, Pennsylvania), diterbitkan di majalah Touchstone December 2003
- Newsletter of Pope John Paul II Society of Evangelists December 2007
Sumber : http://indonesian-papist.blogspot.com/2011/12/apakah-natal-itu-hasil-adopsi-dari.html
No comments:
Post a Comment