Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Monday, November 30, 2009

Parodi Kupu - Kupu Malam

saya pernah di katai pelacur oleh teman saya kerena saya selingkuh. Dalam pembelaan saya, saya bukan pelacur, saya orang berpendidikan dan tidak berniat memiliki tabiat seperti itu. "orang pendidikan kok kayak kamu, Pendidikan opo!" kata teman saya dan saya hanya bisa diam saja.

Saya juga merasa bukan pelacur kerena kalaupun berselingkuh saya tidak dibayar seperti mereka, cash and carry. Saya berselingkuh karena mencintai, bukan sekedar nafsu.. Kalaupun mendapatkan sesuatu, buat saya itu bukanlah imbalan dari kegiatan di atas ranjang, karena aktivitas itu dilakukan dengan rasa cinta.

"Kamu, tidur dengan rasa cinta?. Emang Dia pakai cinta? Kalau selingkuh Kamu punya cinta, dia ngak bakalan selingkuh. Berselingkuh itu karena sudah tidak ada cinta. Kamu itu cuma saluran untuk buang keringat. Nanti setelah sama kamu, dia pasti selingkuh di tempat lain. Apa bedanya sama PELACUR?" sahut temanku. Saya tetap pada pendirian saya dan dia melanjutkan lagi "Dan kamu bilang kamu cinta? Ha-ha-ha... Cinta itu Tidak mengganggu punya orang kaleeee. Itu kupu-kupu namanya, yang ngak pernah pikir panjang, asal terbang nempel dinama saja."

Lanjutnya lagi "Dan kamu Neng, ngak cuma malam, Pagi iya, siang juga iya." Saya diam saja dan tetap pada pendirian saya. Kata teman saya, yang membedakan pelacur dan manusia seperti saya yang berselingkuh adalah karena persoalan ada dan tidak adanya cinta. Lalau teman saya menyeletuk lagi "Kalau ada istilah kejahatan kerah putih. bukan cuma putih, polkadot dan pink juga"

Komentar macam itu tak membuat saya kalah, karena saya berpikir saya tidak menjajakan diri di jalan raya. Kemudian teman saya bersuara lagai, ucapanya seperti nurani saya "Kamu memang tidak di tepi jalan, tetapi di ruang khusus di hotel berbintang sambil dah nek, dah nek. Sama-sama tertawa dalam harum mewangi yang tidak ada bedanya, bukan? Bukannya kamu juga pernah melakukan di ketinggian 36ribu kaki?"
Inilah kalimat yang di semprotkan ke muka saya "Cuma beda eksklusifnya goblok. Eh...salah kog goblok. Beda eksklusifnya cur"(pelacur maksudnya) Saya membalas "Kue cucur kale...."

Saya senyum-senyum sendiri di dalam taksi mengingat pembicaraan dengan teman saya itu, mengingat banyak sekali perselingkuhan yang saya buat, sampai saya tidak bisa membedakan antara benar dan tidak.
Mungkin saya tidak di bayar cash and carry, tetapi ada benar juga kalau pasangan saya menjemput dengan mobil mewah dan membelikan tas bermerek itu tidak sama saja dengan cash and carry yang di terima pelacur jalanan? Saya ingat teman saya bilang begini "Beda waktu pengirimannya saja"

Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, apakah pada saat saya selingkuh selain ada rasa cinta yang slah alamat itu, sejujurnya ada niat ingin " menjarah" kekayaan pasangan gelap itu? Jadi cinta saya tak murni-murni amat, ada saja alasan "kesejahteraan lahir" di balik mencintai seseorang. Nurani saya yang menjawab, "Orang seperti kamu koq mau miskin"

Pada lain waktu nanti, dimana saya merasa bukan pelacur, tetepi sedang menikmati masa pacaran. kan sah-sah saja, gonta-ganti pacar, bahkan punya pacar lebih dari satu. Buat saya itu prestasi. Pacaran beda dengan menikah. Beda beban dosanya maksud saya.
Teman saya menyambar "Yaaaa.... memang pacaran seh.... tetapi sambil ditiduri berganntian. apa bedanya dengan pelacur?" saya menyambar balik dengan emosional " Yo bedo no"

Denga rasa penuh emosi , saya dibuat binggung dengn komentar teman saya, istilah Playboy sebuah penghormatan atau pelecehan. Teman saya berkomentar "Kalau di situasi kecil semacam pacaran saja kamu tidak bisa setia, kamu juga tidak bakalan setia di situsi yang lebih besah seperti pernikahan."

Pada saat mata dan nurani menjadi gelap itulah saya berpikir cinta itu tiadk perlu ada, yang penting self satisfaction (kepuasan diri) tercapai. Nutani saya langsung menjerit saat itu dan lebih kersa dari teman-teman saya " Itu kamu naik kelas namanya. Dari pelacur menjadi germo"

sumber : saduran dari harian KOMPAS Minggu

Thursday, November 26, 2009

Pengaruh Televisi dan Internet Buat Angka Seks Pra Nikah Meledak


Selasa, 10 Juli 2007 21:28

Cirebon, NU Online
Pengaruh tayangan televisi yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi, maraknya penjualan keping disk khusus dewasa serta kebebasan membuka situs pornografi di internet diduga semakin ’meledakkan’ angka seks pra nikah yang dilakukan para remaja di Jawa Barat.

Demikianlah benang merah Diskusi Panel "Pengembangan Kesadaran Pemuda Terhadap Faktor Destruktif melalui Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi" yang digelar di Islamic Centre Cirebon, Selasa dengan menampilkan pembicara Ketua Divisi Pemuda Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (ASA) Arif Srisardjono S Sos, sosiolog dari STAIN Cirebon Prof Dr Abdullah Ali MA, dan Shakina Mirfa Nasution, SE MApp.Fin juga dari ASA.

Menurut Arif Srisardjono, angka seks pra nikah yang menghinggapi remaja di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 40 persen, karena hasil survei tahun 2002 menunjukkan 40 persen remaja berusia 15-24 tahun telah mempraktekan seks pranikah.

Demikian juga survei Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 di Jabodetabek didapatkan hasil lebih dari 80 persen anak-anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi dari sejumlah media termasuk internet.

"Jika saja ada kembali survei tahun 2007 ini maka angka seks pra nikah mungkin lebih besar lagi," katanya.

Ia mendesak agar UU Pornografi yang memberikan perlindungan kepada anak dan remaja segera diundangkan dan UU tersebut harus mengakomodir klausul khusus tentang perlindungan anak dari pemanfaatan dalam produksi pornografi.

Sementara Prof Dr Abdullah Ali MA mengatakan, semua pihak seharusnya menyadari terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi dalam kehidupan sosial dan perkembangan jiwa anak-anak sehingga perlu perangkat proteksi baik berupa udang-undang ataupun teknologi maju untuk membendung hal itu.

"Di Cina sangat keras proteksi untuk itu dimana semua warung internet diwajibkan memblok situs-situs pornografi, tetapi di sini tidak ada pengawasan itu," katanya.

Ia mengungkapkan, masyarakat harusnya menyadari bahwa serangan pronografi dan pornoaksi itu telah muncul di berbagai tempat sehingga selain mengawasi segala aktifitas anak-anaknya, juga harus semakin mempertebal keimanan mereka.

Menurut Shakina, kerusakan otak yang diakibatkan pornografi yang dilihat, didengar dan dirasakan akan melebihi kokain karena pornografi akan mengaktifan jaringan seks yang diciptakan Tuhan untuk orang yang sudah menikah.

"Tuhan menciptakan enam jenis hormon yang aktif pada hubungan pasangan yang sudah menikah. Kini hormon tersebut diaktifkan pada anak dan tanpa pasangan," katanya.

Ia menjelaskan, dampak psiko-sosialnya remaja akibat pornograsi mulai dari adiksi (ketagihan) sampai ekskalasi perilaku seksual menyimpang seperti lesbian, incest, pedophilia, dan desensifitasi atau penurunan sensivitas seks. (ant/sab)

 

Image Widget

Free Dog Run Cursors at 
www.totallyfreecursors.com
 
Blogger Templates