Dalam Pernikahan banyak hal yang harus kita perhatikan, salah satunya cinta, perasaan dan uang. Ketiga hal tersebutlah yang kadangkala membuat kita bingung harus pilih yang mana. Namun pada dasarnya hanya diri kitalah yang tahu siapa yang akan menjadi pendamping hidup kita yang benar- benar tepat. Janganlah terlalu cepat menilai seseorang dari penampilan pisik dan seabreg kelebihan-kelebihan lainnya, karena semua itu kadangkala hanyalah sebuah topeng yang akan jelas terlihat setelah kita hidup bersamanya.Hidup adalah sebuah pilihan yang harus ditempuh setiap orang dan Tuhan telah menetapkan setiap manusia dimuka bumi atas kehendak-Nya yang tidak bisa dirubah oleh siapapun. Dan kita sebagai makhluk ciptaanNya hanya bisa berdoa dan berusaha untuk mendapatkan apa yang terbaik dalam hidup dandengan kerja keras. Jangan penyesalan yang dalam atas pilihan hidup yang telah kita lalui karena pada akhirnya kita hanya akan menyalahkan TuhanMasa pahit yang telah kita lalui bukan sebuah alasan atas pilihan-pilihan hidup yang telah kita buat, justru rasa pahit itulah yang menjadikan manis atas apa yang kita lakukan agar kita menjadi lebih baik.* Pernikahan harus didasari cinta karena tanpa cinta hati kita akan mati, kita menikahi seseorang bukan hanya terpaku apa yang ada di raga orang tersebut tetapi seluruh jiwa dan raganyalah yang kita nikahi, jadi sekali kita memutuskan untuk menikah hanya sekali itulah cinta kita berlabuh kedalam hatinya.* Pernikahan harus pula didukung oleh Perasaan karena tanpa perasaan, cinta kita akan mati dan tanpa cinta perasaan kita akan hilang. Cinta dan perasaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan Karena dua hal tersebut berasal dari satu hati yang sama. * Pernikahan memang menjadikan uang sebagai salah satu dari sekian banyak kasus perceraian, namun janganlah kita mendewakan uang karena itu hanyalah titipan tuhan yang dapat diambil dan dikembalikan kepada kita hanya semudah membalikan telapak tangan. Semakin kita bersyukur atas apa yang kita terima, pernikahan kita akan semakin tercukupi.Cobaan dalam rumah tangga memang tidak sedikit...sekecil apapun masalahnya akan tetap menjadi masalah yang harus secepatnya diselesaikan.Konflik akan selalu ada dalam kehidupan ini, tinggal bagaimana kita menyikapi atas setiap konflik yang ada secermat, searif dan sebijaksana mungkin.
MENIKAHLAH DENGAN PERASAAN DAN HATI, BUKAN DENGAN LOGIKA, KARENA KITA TAK AKAN PERNAH TAHU APAKAH LOGIKA KITA BENAR ATAU TIDAK.TETAPI JIKA PERASAAN DAN HATI KITA YANG BERJALAN, KITA TIDAK AKAN SALAH DALAM MEMBUAT PILIHAN DALAM HIDUP.
Tuesday, September 16, 2008
Monday, September 1, 2008
Mungkinkah "poligami"
Mungkin ini dapat membantu bagi yang merasa bimbang dan ragu dengan "poligami", semoga bermanfaat
Nikah Siri, Apa Untungnya?
Judul:Nikah Siri, Apa Untungnya?
Penulis: Happy Susanto
Penerbit: Visimedia Jakarta
Cetakan: 1, Juli 2007
Tebal: viii+116 halaman
ISBN: 979-1043-71- XAbstrack
Akhir-akhir ini, fenomena nikah siri memberikan kesan yang menarik. Pertama, nikah siri sepertinya memang benar-benar telah menjadi trend yang tidak saja dipraktekkan oleh masyarakat umum, namun juga dipraktekkan oleh figur masyarakat yang selama ini sering disebut dengan istilah kyai, dai, ustad, ulama, atau istilah lainnya yang menandai kemampuan seseorang mendalami agama (Islam). Kedua, nikah siri sering ditempatkan menjadi sebuah pilihan ketika seseorang hendak berpoligami dengan sejumlah alasannya tersendiri. Membicarakan masalah nikah siri akan jadi menarik jika ditilik dari perspektif hukum, baik hukum Islam maupun hukum positif yang berlaku di negara kita. Ada beberapa pertanyaan yang penting untuk kita ketahui, dalam hal ini di antaranya: Bagaimana hukum Islam memandang pernikahan yang satu ini? Bagaimana pula hukum positif nasional memandangnya? Bagaimana dampak yang diakibatkan dari pernikahan yang tidak dicatatkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia? . Memahami nikah siri yang hanya berdasarkan pada perpektif hukum Islam adalah keliru karena kita hidup dalam sebuah negara yang dasar hukum negaranya tidak berdasarkan pada syariat Islam, tetapi berdasarkan pada hukum positif nasional. Sebenarnya nikah siri itu tidak mudah sepertii yang ada dalam pikiran kita, banyak aturan-aturan baik dalam segi agam dan hukum yang ada. Disebabkan nikah siri itu tidak berjalan sebegitu mudahnya sebab memiliki sejumlah pengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga dan kepentingan hak-hak kaum perempuan, perlu pertimbangan yang lebih mendalam dalam mengambil keputusan untuk nikah siri, bagaimana dampak negatif dari nikah siri, termasuk akibat hukum yang bakal dirasakan oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan pernikahan ini. Maka sangat perlu diajukan solusi alternatif yang sekiranya dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang sudah terlanjur melangsungkan pernikahan secara siri. Solusi yang dimaksud adalah tentang pentingnya pencatatan dan bagaimana prosedur yang dapat ditempuh agar pasangan suami-istri tidakmenemui kesulitan-kesulitan hukum pada kemudian hari.
Trims,
Salam
Nikah Siri, Apa Untungnya?
Judul:Nikah Siri, Apa Untungnya?
Penulis: Happy Susanto
Penerbit: Visimedia Jakarta
Cetakan: 1, Juli 2007
Tebal: viii+116 halaman
ISBN: 979-1043-71- XAbstrack
Akhir-akhir ini, fenomena nikah siri memberikan kesan yang menarik. Pertama, nikah siri sepertinya memang benar-benar telah menjadi trend yang tidak saja dipraktekkan oleh masyarakat umum, namun juga dipraktekkan oleh figur masyarakat yang selama ini sering disebut dengan istilah kyai, dai, ustad, ulama, atau istilah lainnya yang menandai kemampuan seseorang mendalami agama (Islam). Kedua, nikah siri sering ditempatkan menjadi sebuah pilihan ketika seseorang hendak berpoligami dengan sejumlah alasannya tersendiri. Membicarakan masalah nikah siri akan jadi menarik jika ditilik dari perspektif hukum, baik hukum Islam maupun hukum positif yang berlaku di negara kita. Ada beberapa pertanyaan yang penting untuk kita ketahui, dalam hal ini di antaranya: Bagaimana hukum Islam memandang pernikahan yang satu ini? Bagaimana pula hukum positif nasional memandangnya? Bagaimana dampak yang diakibatkan dari pernikahan yang tidak dicatatkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia? . Memahami nikah siri yang hanya berdasarkan pada perpektif hukum Islam adalah keliru karena kita hidup dalam sebuah negara yang dasar hukum negaranya tidak berdasarkan pada syariat Islam, tetapi berdasarkan pada hukum positif nasional. Sebenarnya nikah siri itu tidak mudah sepertii yang ada dalam pikiran kita, banyak aturan-aturan baik dalam segi agam dan hukum yang ada. Disebabkan nikah siri itu tidak berjalan sebegitu mudahnya sebab memiliki sejumlah pengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga dan kepentingan hak-hak kaum perempuan, perlu pertimbangan yang lebih mendalam dalam mengambil keputusan untuk nikah siri, bagaimana dampak negatif dari nikah siri, termasuk akibat hukum yang bakal dirasakan oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan pernikahan ini. Maka sangat perlu diajukan solusi alternatif yang sekiranya dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang sudah terlanjur melangsungkan pernikahan secara siri. Solusi yang dimaksud adalah tentang pentingnya pencatatan dan bagaimana prosedur yang dapat ditempuh agar pasangan suami-istri tidakmenemui kesulitan-kesulitan hukum pada kemudian hari.
Trims,
Salam
Sunday, July 13, 2008
Politik kantor
Politik kantor pada kenyataannya adalah kenyataan yang tidak pernah punah, bahkan merupakan realita. Mungkin kta akan bersimpati kepada seseorang yang selalu benar di depan atasan, bahkan tega ’menyingkirkan’ semua orang yang tidak benar apalagi yang mengancam kedudukannya. Ada pula individu yang yang memanfaatkan kesempatan (popularitas) hingga atasan bisa tergantung padanya dan pada saat yang tepat akan ’berunjuk gigi’
Hal inilah mengapa berpolitik seperti ini menjengkelkan orang-orang yang berada diluar permainan? Menurut ahlinya politik kantor ini menjadi lebih kelihatan nyata pada lembaga yang kekuatan SDM-nya tidak seimbang, contoh banyak SDM yang produktif, tapi banyak juga yang tidak produktif. Ada juga istilah ’like and dislike’ atau ’job discription’ yang tidak seimbang dan tidak jelas.Kesemuanya ini dapat menimbulkan rasa tidak aman dan mengurangi kenyamana dalam bekerja terlebih pada orang yang sama sekali tidak ‘ikut bermain’ dan juga tidak menyadari atau tidak tahu cara mainya. Politik kantor memang subyektif dan informal, jadi hal ini sangat sulit diraba dan terasa.
Dari pengamatan para ahli, orang –ornag kuat dalam perusahan dan organisasi biasanya memang berstrategi juga ’politically savvy’. Orang-orang ini tahu bagaimana berhubungan dengan atasan, berupaya untuk selalu tampil dirapat-rapat penting, tahu mendekati orang-orang yang menjadi kunci menuju ’coporate manners’ yang baik dan menampilkan kemampuannya sebagai ’team player’.
Dalam organisai apapun, kita kan bisa eksisi bila mempunyai kontrubusi yang signifikan. Jika kita mengamati orang-orang yang pandai melobi dan berpolitik, sementara tidak berpotensi, maka lambat laun orang ini tidak bisa diperhitungkan lagi dalam organisasi. Kekuatan dalam ’berpotensi’ adalah modal awal kita dalam peta sosial organisasi. Sepanjang kita bermain ’fair’, tidak manupulatif dan curang, Namun berdiam diri dan berharap segala sesuatu akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan memang hampir tidak mungkin.
Individu yang yang perpotensi di atas rata-rata dan tinggal mengasah cara berinteraksi,berapat, mendekati atasan dan orang-orang kunci, serta membuat diri lebih diperhitungkan dengan berusaha lebih bermain fakta dan data, membina hugungan emosional yang sehat, berusaha menonjolakn orang lain tanpa lupa memunculkan diri sendiri, dan semua yang sudak kita bangun janganlah dikotori dengan mempraktekkan gosip-gosip murahan, menekan , menyalahgunakan jabatan dan wewenang juga mencari muka tanpa alasan.
Hal inilah mengapa berpolitik seperti ini menjengkelkan orang-orang yang berada diluar permainan? Menurut ahlinya politik kantor ini menjadi lebih kelihatan nyata pada lembaga yang kekuatan SDM-nya tidak seimbang, contoh banyak SDM yang produktif, tapi banyak juga yang tidak produktif. Ada juga istilah ’like and dislike’ atau ’job discription’ yang tidak seimbang dan tidak jelas.Kesemuanya ini dapat menimbulkan rasa tidak aman dan mengurangi kenyamana dalam bekerja terlebih pada orang yang sama sekali tidak ‘ikut bermain’ dan juga tidak menyadari atau tidak tahu cara mainya. Politik kantor memang subyektif dan informal, jadi hal ini sangat sulit diraba dan terasa.
Dari pengamatan para ahli, orang –ornag kuat dalam perusahan dan organisasi biasanya memang berstrategi juga ’politically savvy’. Orang-orang ini tahu bagaimana berhubungan dengan atasan, berupaya untuk selalu tampil dirapat-rapat penting, tahu mendekati orang-orang yang menjadi kunci menuju ’coporate manners’ yang baik dan menampilkan kemampuannya sebagai ’team player’.
Dalam organisai apapun, kita kan bisa eksisi bila mempunyai kontrubusi yang signifikan. Jika kita mengamati orang-orang yang pandai melobi dan berpolitik, sementara tidak berpotensi, maka lambat laun orang ini tidak bisa diperhitungkan lagi dalam organisasi. Kekuatan dalam ’berpotensi’ adalah modal awal kita dalam peta sosial organisasi. Sepanjang kita bermain ’fair’, tidak manupulatif dan curang, Namun berdiam diri dan berharap segala sesuatu akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan memang hampir tidak mungkin.
Individu yang yang perpotensi di atas rata-rata dan tinggal mengasah cara berinteraksi,berapat, mendekati atasan dan orang-orang kunci, serta membuat diri lebih diperhitungkan dengan berusaha lebih bermain fakta dan data, membina hugungan emosional yang sehat, berusaha menonjolakn orang lain tanpa lupa memunculkan diri sendiri, dan semua yang sudak kita bangun janganlah dikotori dengan mempraktekkan gosip-gosip murahan, menekan , menyalahgunakan jabatan dan wewenang juga mencari muka tanpa alasan.
Monday, June 16, 2008
POINT OF VIEW
Beberapa tahun yang silam,seorang pemuda terpelajar dari semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
" Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
"Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
" Wouw..... hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
" Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya Bu?? Bagaimana dengan kakak-adik adik nya??"
Oh ya tentu " si Ibu bercerita :"Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi
arsitek di Jakarta, yang kelima menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke enam menjadi Dosen di Semarang.""
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke enam.
"Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, " anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak".
Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar nak"
Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di
pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??
Do you want to know the answer..........??????
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
" Ooo ...tidak tidak begitu nak....
Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang
membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"
Today's Lesson :
Everybody in the world is an important person.
Open your eyes. ...your heart....your mind....your point of view, because we can’t make summary before read "the book "completely.
The wise person says...
The more important thing is not WHO YOU ARE but WHAT YOU HAVE BEEN DOING
" Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
"Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
" Wouw..... hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
" Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya Bu?? Bagaimana dengan kakak-adik adik nya??"
Oh ya tentu " si Ibu bercerita :"Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi
arsitek di Jakarta, yang kelima menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke enam menjadi Dosen di Semarang.""
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke enam.
"Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, " anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak".
Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar nak"
Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di
pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??
Do you want to know the answer..........??????
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
" Ooo ...tidak tidak begitu nak....
Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang
membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"
Today's Lesson :
Everybody in the world is an important person.
Open your eyes. ...your heart....your mind....your point of view, because we can’t make summary before read "the book "completely.
The wise person says...
The more important thing is not WHO YOU ARE but WHAT YOU HAVE BEEN DOING
Tuesday, June 10, 2008
Pintar vs Bodoh
Jika kita ketik kata 'leadership' atau 'enterpreneurship' ke Google, maka akan muncul berjuta-juta artikel. Begitu juga buku-buku tentang itu, tersedia bertumpuk-tumpuk di toko. Tapi, coba masukkan kata 'managerialship' ke mesin pencari yang sama, cuma akan ada sedikit hasilnya, dan itu pun tidak memberi gambaran yang cukup jelas. Di toko buku? Sama sekali tidak ada buku tentang managerialship.
Managerialship adalah sifat-sifat dan sikap-sikap yang dibutuhkan bagi mereka yang ingin --atau, tersesat-- ke jajaran manajemen menengah ke atas. Ia membutuhkan sifat kepemimpinan sehingga bicara tentang managerialship memaksa kita untuk bicara juga tentang leadership. Jika kita berada pada posisi puncak manajemen, yang bertanggung jawab pada laba, maka kita terkadang harus melakukan fungsi-fungsi enterpreneural.
Selain itu, leadership dan enterpreneurship akan saya gunakan sebagai iluminasi agar sosok manajer lebih kentara.
Si Manajer harus orang pintar, itu benar. Itu syarat kedua yang harus dimiliki seorang manajer selain bisa memimpin. Bukan dalam arti pintar secara akademis, tapi pintar dalam hal melaksanakan tugas-tugas manajerial, semisal menganalisis, merencanakan, menyimpulkan, membaca situasi. Termasuk, pintar berinteraksi, negosiasi, membujuk, memaksa, menekan, berkelit, membual.
Jangan dibalik, yang pintar pasti bisa ke manajemen. Tidak. Ada watak-watak dan sikap-sikap lain yang harus dimiliki. Banyak orang pintar tidak sukses di manajemen. Ada yang kepintarannya tidak sesuai dengan bidang manajemennya. Mereka yang tersesat atau memang niat ke manajemen menengah ke atas dituntut memiliki kecepatan belajar yang tinggi. Tiba-tiba seorang geolog harus bicara tentang perpajakan, misalnya. Ia harus dengan cepat, walau hanya grambyangan dan dangkal menangkap istilah-istilah perpajakan. Atau, seorang sarjana hukum menjadi manajer rumah sakit. Tiba-tiba ia harus mempelajari berbagai obat, alat-alat kedokteran, penyakit-penyakit dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kepandaian lain yang harus dimiliki antara lain putting the right man behind the gun. Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Karena, manajemen esensinya adalah getting things done thru and with others. Melaksanakan pekerjaan melalui dan bersama orang lain. Sikap seperti itu mencolok pada enterpreneur.
Dalam konotasi buruk, enterpreneur piawai ‘memanfaatkan’ orang. Orang adalah salah satu sumberdaya. Jika kita perluas, enterpreneur pandai memanfaatkan sumberdaya. Kita perluas lagi, pandai mendayagunakan, menghimpun, menggalang, memanfaatkan, menggunakan (termasuk menyalahgunakan), mengumpulkan, menggerakkan, mengeksploitasi, mengorganisir, memanipulasi, mengkonsolodasikan sumberdaya.
Perbedaannya, manajer mengelola sumberdaya yang disediakan. Enterpreneur memulai, manajer yang menjalankan. Bedanya lagi, enterpreneur mencari laba, manajer mencari gaji. Yang pertama memikul risiko, yang kedua tidak.
Untuk direnungkan:
1. Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya dia bisnis. Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar. Walhasil, bosnya orang pintar adalah orang bodoh.
2. Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah. Walhasil, orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.
3. Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mendapatkan kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.
4. Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka menyuruh orang pintar untuk membuatnya.
5. Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum. Oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.
6. Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya. Tapi, selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi, toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.
7. Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar, walhasil orang-orang pintar menjadi stafnya orang bodoh.
8. Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang bekerja. Tapi, orang-orang pintar demo. Walhasil, orang-orang pintar "meratap-ratap" kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.
9. Tapi, saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.
10. Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan uang. Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan. Bill Gates (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Lim Siu Liong (BCA group) adalah orang-orang bodoh (tidak berpendidikan tinggi) yang kaya. Ribuan orang pintar bekerja untuk mereka. Dan, puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.
Managerialship adalah sifat-sifat dan sikap-sikap yang dibutuhkan bagi mereka yang ingin --atau, tersesat-- ke jajaran manajemen menengah ke atas. Ia membutuhkan sifat kepemimpinan sehingga bicara tentang managerialship memaksa kita untuk bicara juga tentang leadership. Jika kita berada pada posisi puncak manajemen, yang bertanggung jawab pada laba, maka kita terkadang harus melakukan fungsi-fungsi enterpreneural.
Selain itu, leadership dan enterpreneurship akan saya gunakan sebagai iluminasi agar sosok manajer lebih kentara.
Si Manajer harus orang pintar, itu benar. Itu syarat kedua yang harus dimiliki seorang manajer selain bisa memimpin. Bukan dalam arti pintar secara akademis, tapi pintar dalam hal melaksanakan tugas-tugas manajerial, semisal menganalisis, merencanakan, menyimpulkan, membaca situasi. Termasuk, pintar berinteraksi, negosiasi, membujuk, memaksa, menekan, berkelit, membual.
Jangan dibalik, yang pintar pasti bisa ke manajemen. Tidak. Ada watak-watak dan sikap-sikap lain yang harus dimiliki. Banyak orang pintar tidak sukses di manajemen. Ada yang kepintarannya tidak sesuai dengan bidang manajemennya. Mereka yang tersesat atau memang niat ke manajemen menengah ke atas dituntut memiliki kecepatan belajar yang tinggi. Tiba-tiba seorang geolog harus bicara tentang perpajakan, misalnya. Ia harus dengan cepat, walau hanya grambyangan dan dangkal menangkap istilah-istilah perpajakan. Atau, seorang sarjana hukum menjadi manajer rumah sakit. Tiba-tiba ia harus mempelajari berbagai obat, alat-alat kedokteran, penyakit-penyakit dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kepandaian lain yang harus dimiliki antara lain putting the right man behind the gun. Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Karena, manajemen esensinya adalah getting things done thru and with others. Melaksanakan pekerjaan melalui dan bersama orang lain. Sikap seperti itu mencolok pada enterpreneur.
Dalam konotasi buruk, enterpreneur piawai ‘memanfaatkan’ orang. Orang adalah salah satu sumberdaya. Jika kita perluas, enterpreneur pandai memanfaatkan sumberdaya. Kita perluas lagi, pandai mendayagunakan, menghimpun, menggalang, memanfaatkan, menggunakan (termasuk menyalahgunakan), mengumpulkan, menggerakkan, mengeksploitasi, mengorganisir, memanipulasi, mengkonsolodasikan sumberdaya.
Perbedaannya, manajer mengelola sumberdaya yang disediakan. Enterpreneur memulai, manajer yang menjalankan. Bedanya lagi, enterpreneur mencari laba, manajer mencari gaji. Yang pertama memikul risiko, yang kedua tidak.
Untuk direnungkan:
1. Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya dia bisnis. Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar. Walhasil, bosnya orang pintar adalah orang bodoh.
2. Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah. Walhasil, orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.
3. Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mendapatkan kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.
4. Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka menyuruh orang pintar untuk membuatnya.
5. Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum. Oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.
6. Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya. Tapi, selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi, toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.
7. Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar, walhasil orang-orang pintar menjadi stafnya orang bodoh.
8. Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang bekerja. Tapi, orang-orang pintar demo. Walhasil, orang-orang pintar "meratap-ratap" kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.
9. Tapi, saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.
10. Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan uang. Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan. Bill Gates (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Lim Siu Liong (BCA group) adalah orang-orang bodoh (tidak berpendidikan tinggi) yang kaya. Ribuan orang pintar bekerja untuk mereka. Dan, puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.
Subscribe to:
Posts (Atom)