Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Friday, January 28, 2011

Gerejaku dulu dan gerejaku kini. (dampak penutupan 5 "gereja liar")


Akhir taon lalu, saya di ajak untuk doa rosario lingkungan bersama, dengan alasan jadwal pekerjaan yang tidak tentu, sehingga saya tidak menjanjkan untuk bisa berangkat. Ditambah dengan keluhan dari rekan saya ini tentang kurangnya tenaga pengajar pendidikan agama katolik di lingkungan sekolah, sehingga sharing saya ditanggapi dengan antusias.

Dan di taon ini saya bermaksud menanyakan kembali, apakah masih berlangsung kegiatan tersebut? jika masih, saya ingin sekali hadir mengingat jadwal pekerjaan sedikit longgar. namun apa jawaban yang saya terima. "sekarang tidak bisa lagi rosario karena sudah disegel tempatnya" begitu kata rekan saya. Dag dig dug jantung hati saya dan penuh emosi saya mendengarnya. "saya ikut prihatin pak, di jaman sekarang ini koq masih ada pelarangan kegiatan beragama" kata saya.

pertengahan bulan desemberlalu, koran lokal setempat memang memberitakankan (sbg head line) penutupan gereja liar yang disangka karena melaksanakan kegiatan perumahan. berikut sepenggelan tulisannya :

"....Maraknya rumah tinggal yang dijadikan tempat kebaktian umat Kristen
kembali memicu kemarahan warga Muslim. Seperti yang terjadi di Perumahan
Bumi Rancaekek Kencana (BRK), Desa Dangdeur,Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Ahad (12/12),ribuan warga Muslim setempat dengan didampingi elemen ormas Islam Bandung menutup serentak 7 "gereja liar" (rumah tinggalyang dijadikan kegiatan kebaktian, red).

Massa Islam yang berkumpul di Masjid Al Jihad sejak pukul 06.00 WIB, sudah tidak sabar untuk bergerak dan segera menutup paksa gereja liar yang berada di lingkungan mayoritas Muslim tersebut. Baru menjelang siang massa diperbolehkan bergerak setelah mendapat pengarahan dari
koordinator aksi, Suryana Nur Fatwa. Aksi diawali dengan mengirim tim mediasi yang beranggotakan perwakilan warga Muslim setempat dengan didampingi elemen ormas Islam. Sebanyak tujuh tim mediasi Warga meluncur langsung ke lokasi rumah yang sebelumnya telah ditempeli tanda segel.

Tujuan tim mediasi mengajak dialog dengan jemaat yang tengah mengadakan kebaktian untuk tidak menjadikan rumah tinggal sebagai rumah ibadah.
Hal ini sesuai dengan kesepakatan sebelumnya yang dikuatkan dengan surat dari Kantor Kecamatan Rancaekek yang meminta mengembalikan fungsi
bangunan seperti semula sebagai tempat tinggal. Enam "gereja liar" yang
didatangi massa tidak mendapat kesulitan yang berarti. Sebagian penghuni rumah lansung menandatangani surat penutupan tempat ibadah.

........ (s E N S O R)......

Aksi yang mendapat pengawalan 200 polisi dari Polsek Rancaekek dan puluhan Satpol PP ini tidak sampai menimbulkan aksi anarkis, karena massa Islam menjamin tidak akan menyakiti dan meminta pihak kepolisian yang langsung memberi pengawalan. Usai rumah dikosongkan, massa masih meminta agar barang inventaris yang biasa digunakan sebagai sarana kebaktian untuk segera dikeluarkan karena rumah akan disegel dan ditutup selamanya sebagai tempat kebaktian.

Sebelummeninggalkan lokasi, massa meminta agar Camat dan Kasatpol PP menyegel seluruh rumah yang dijadikan tempat kebaktian. Sebelum bubar, Kapolres Bandung AKBP Hendro Pandowo berpesan agar massa Islam bisa menjaga kondusivitas di lingkungan masing-masing dan tidak mudah melakukan tindakan anarkis yang bisa merugikan semua pihak,terutama menjelang perayaan Natal. "Bapak-bapak, Ibu-ibu keinginan sudah tercapai dengan tertib. Tempat sudah disegel. Silakan kembali ketempat masing-masing dan sekali lagi mohon dijaga sifat kondusifdiwilayah kita,"pinta Kapolres."Siap! Allahu Akbar,"pekik massa dengan lantang. Aksi tersebut merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya yang telah berhasil menutup 5 "gereja liar".... END

Koran tersebut masih saya simpan, saya baru menyadari kalau yang terjadi hari minggu itu (12/12/2010) adalah termasuk dalam lingkungan kami. Me4raka tidak pandang bulu, dan proses negoisasi juga tidak berjalan dengan semestinya, justru pemaksaan kehendak yang terjadi,termasuk tempat yang menjadi belajar mengajar untuk pelajaran agama katolik juga ikut disegel. Ketika diminta pendapatnya untuk mencarikan tempat sebagai ganti bekajar, sampai sekarang ini belum ada solusinya. secara otomatis, anak-anak sekolah sampai hari ini tidak dapat belajar agama katolik lagi serta belum mendapatkan nilai pelajaran agama katolik.

memang ditempat kami ini, anak-anak non muslim harus mencari nilai sendiri untuk mata pelajaran agama, karena pihak sekolah tidak menyediakan tenaga pengajar (walaupun sekolah negeri), sehingga para orang tua setiap minggu harus mengantar dan mendatangi tempat-tempat yang menyelenggarakan pendidikan agama.

rupanya benar juga lelucon teman saya ini, menanggapi tulisan itu, "jangan salahkan mereka yang menutup greja, tapi salah sendiri jadi 'wong katolik'...!!! sambil tertawa lebar.

Saya masih betul ingat perkataan ini (terapi gak tua siapa orangnya)
"Gereja dibangun bukan saja tiang "kayu salib" (rangka bangunan) namun hendaknya dibangun diatas "batu karang" (sbg pondasi). niscaya tidak akan goyah ketika diterjang badai"

......MOHON DOA DAN DUKUNGANNYA.......

No comments:

 

Image Widget

Free Dog Run Cursors at 
www.totallyfreecursors.com
 
Blogger Templates