Serangan umum 1 Maret 1949 yang
di pimpin oleh Letkol Soeharto, menjadi terkenang dalam perjalanan sejarah
kemerdekaan negara indonesia. Bukan saja karena peristiwa heroik namun juga
seputar kontroversi siapa yang menjadi penggagas serangan tersebut. “....
Semakin dewasa suatu bangsa, kian mampu pula warganya menerima sejarah apa
adanya” ujar Sultan HB X di saat peluncuran buku Pelurusan sejarah Serangan
Oemoem 1 maret 1949.
Ketika era kekuasan Soeharto
setidaknya ada beberapa buku yang menceritakan, bahwa Soeharto yang menggagas
serangan umu 1 Maret tersebut ( Tiga
puluh tahun indonesia merdeka 1945-1949 jilid1[setneg 1978], Soeharto : Pikiran, Ucapan, dan tindakan saya
[Citra Lamtor Gung, 1989], Serangan Umum
1 Maret 1949 [Citra Lamtor Gung, 1990] ).
Dari buku-buku tersebut diceritakan
bagaimana soeharto memimpim serangan umum setelah mendengarkan radio (tidak
disebutkan siaran radionya), dan kemudian terlintas dalam pikiran Soeharto
waktu itu, untuk melancarkan serangan sebagai bukti kepada dunia bawa tentara indonesia masih
ada.
Sementara dpihak lain penggagas serangan
umum adalah Sultan HB IX, dalam buku Sepanjang
Hikayat Bersama Rakyat : 100th Sultan HB IX, menuliskan menurut
dokument yang ada, seperti:
Menurut Dokumet BBC London
Berdasarkan dokumet kunci berupa
pita kaset rekaman. yang tersimpan di kantor arsip nasional, gagasan Sri Sultan
HB IX hendak mengadakan SU 1 maret didasari oleh kepentingan nasional, yakni
menunjukkan kepada dunia internasioanl bahwa Republik Indonesia masih hidup,
Ide ini kemudian didiskusikan dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan di
setujui, atas saran Jenderal Soedirman Sultan HB IX di minta untuk menghubungi LetKol
Soeharto. Kesimpulan ini hasil wawancara BBC london dengn Sultan HB IX selaku wakil
presiden pada saat sedang berkunjung ke Inggris.
Buku harian Mgr. Soegijapranata
Catatan berupa tulisan tangan vikaris
apostolik (uskup agung) Mgr. Soegijapranata, bersumber pada tiga kurir yang
memberikan informasi silang antara Mgr. Soegijapranata, Sultan HB IX serta
tokoh nasional lainnya antara lain Budiman, Suwandi, dan R.M. Bardjo. Di
ceritakan sekitar bulan januari dan februari 1949, ada kurir yang berbicara
dengan Mgr. Soegijapranata maupun Sultan HB IX, dan pada tanggan 28 feb, sehari
sebelum SU 1 maret. Mgr.
Soegijapranata menerima rencana SU 1 maret dan nama Soeharto tidak di sebut
dalam perbincangan tersebut.
Secara keseluruhan dapat di ceritakan seputar SU 1 maret atau yang terkenal
dengan sebutan “enam jam di yogya” Sultan HB IX berpikir keras dan mencari akal
untuk membangkitkan semangat juang rakyat, mengingat pada akhir februari 1949,
masalah antara indonesia dan belanda akan di bicarakan di forun PBB, (Sultan HB
IX mendapat informasi dari radio). Dalam
pikiran Sultan HB IX, mencari jalan bagaimana
cara memberi tahu dunia internasional bahwa belanda tidak menguasai indonesia.
Karena waktu mendesak, diutuslah kurir unruk menghubungi Panglima Besar
Jenderal Soedirman di persembunyiannya, untuk meminta persetujuan. Dan di
sarannkan untuk menghubungi Letkol suharto.
13 februari 1949, di kediaman G.B.P.H. Prabuningrat (kakak Sultan HB IX), Sultan
HB IX menanyakan kesanggupan LetKol Soeharto untuk menyiapkan sebuah serangan. Inilah
pertemuan yang pertama kalinya dalam rencana SU 1 maret, dan pertemuan selanjutnya
dengan perantara kurir.
Letkol suharto menyatakan kesediannnya, dan hal lain dalam serangan Umum
adalah, Tidak boleh gagal, karena akan mempengarui dunia internasional, Kode
bunyi sirene jam 6 pagi menjadi tanda serangan dan janur kuning wajib di
kenakan setiap prajurit.
Setelah memantapkan strategi penyerangan siasat, tepat pukul 6 pagi 1 Maret
1949 dan berdsamaan dengan bunyi serinie dari tangsi belanda, dimulailah
serangan dan berakhir jam 12.00
Kesimpulan
- Yogyakarta ialah Ibukota RI, sehingga bila dapat direbut walau hanya untuk beberapa jam, akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia melawan Belanda.
- Keberadaan banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta masih adanya anggota delegasi UNCI [KTN] serta pengamat militer dari PBB.
- Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tak perlu persetujuan Panglima/GM lain & semua pasukan memahami & menguasai situasi/daerah operasi.
Siapapun yang menjadi penggagas, Serangan Umum terbukti efektif dan
berhasil dalam tujuannya. Dan dunaipun akhirnya mengakui kedaulatan Republik
Indonesia, walaupun setelah serangan umum 1 Maret perjuangann Republik
Indonesia untuk menjaga kedaulatan NKRI masih panjang.
Sumber : Sepanjang Hikayat Bersama Rakyat : 100th Sultan HB IX
1 comment:
Serangan Umum 1 Maret 1949 bersifat dadakan
Post a Comment