Konklaf, ritual khas untuk memilih Sri Paus, sang Pemimpin tertinggi
Gereja Katolik Roma. Selama sidang konklaf ini, semua mata tertuju pada cerobong Kapel Sistina. Selama bertahun-tahun, orang bertanya-tanya bagaimana Vatikan bisa ‘mengatur’
warna asap sesuai kebutuhannya: yakni putih bila Paus baru sudah
terpilih dan hitam bila proses eleksi Paus belum berhasil menemukan
nama. Kali ini, laporan ilmiah dari harian The New York Times berhasil
membuka selubung kabut rahasia di ‘dapur’ Kapel Sistina, tempat utama
berlangsung sidang-sidang Konklaf untuk memilih Paus baru.
Kira-kira, pertanyaan orang berakhir pada satu hal
ini: resep kimia macam apa yang diracik petugas protokoler Vatikan untuk
memberi tahu dunia bahwa Paus baru belum atau sudah terpilih. Terlihat
kuno memang, tapi itulah realitas yang ada dan tetap dipraktikkan Tahta
Suci dalam proses eleksi (pemilihan) Paus baru dalam sebuah wadah rohani
bernama Konklaf.
Selama ini, Vatikan hanya mengatakan, warna asap
putih atau hitam itu terjadi karena merupakan racikan dari beberapa
unsur kimia. Namun, sejatinya unsur-unsur apa saja hingga kini belum
terjawab sampai akhirnya muncul keterangan resmi.
Menurut keterangan biro pers Vatikan, campuran warna-putih itu mengikuti proses ‘hukum kimia’ yang berlaku umum. Untuk warna putih, Vatikan menggunakan unsur potassium chloride, milk suga, pine rosin.
Sementara untuk warna hitam diperoleh dari proses
kimia campuran antara unsur potassium perchlorate dan anthracene
ditambah sulfur sebagai bahan bakarnya.
Lalu bagaimana, proses kimiawi itu bisa ‘dikontrol’
oleh sang pemesannya yakni pengirim pesan Kapel Sistina untuk memberi
tahun ‘informasi’ kepada dunia tentang hasil Konklaf? Kapel Sistina akan mengontrol proses kimiawi itu
melalui cara kerja sebuah oven yang sudah diujicoba dalam Konklaf tahun
2005 yang akhirnya menghasilkan nama Kardinal Joseph Ratzinger sebagai
Paus baru dengan titel Benedictus XVI. Oven baru itu ‘duduk’ bersanding
dengan oven lama yang hingga kini masih tetap dipakai sebagai ‘alat’
pembakar kertas-kertas suara.
Begitu asap dari hasil pembakaran itu muncul, maka
sebuah alat khusus akan mendorong kepulan asap itu melalui sebuah
cerobong khusus hingga akhirnya kepulan asap itu keluar dari cerobong
Kapel Sistina dan bukannya malah ‘turun’ ke bawah membuat tersedak para
Kardinal yang tengah Konklaf. Ke arah cerobong asap di atas genting Kapel Sistina itulah sekarang mata seluruh penjuru dunia tengah tertuju pandangannya.
Sumber : http://www.sesawi.net/2013/03/13/konklaf-2013-rahasia-di-balik-asap-hitam-atau-putih-11/
No comments:
Post a Comment