Wednesday, July 7, 2010
(Let Me Go to the Father’s House)
Siapa yang tidak mengenal Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II. Hampir seluruh dunia
mengenal beliau, tetapi tidak banyak yang kita ketahui apa yang sebenarnya yang terjadi
setelah terjadi penembakan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 13 Mei 1981
dilapangan Santo Petrus, Vatikan dalam suatu audiensi. Dalam buku ini, "IJinkan Aku Pulang
ke Rumah Bapa" (Let Me Go to the Father’s House)diceritakan ketika Paus Yohanes Paulus II
pergi meninggalkan dunia, oleh Kardinal Stanislaw Dziwisz (teman dan sekretaris pribadi Paus
selama 27 tahun) dan Pastor Czeslaw Drazek, SJ (Penerbit, L’Osservatore Romano edisi
Polandia ),Dokter Renato Buzzonetti (dokter pribadi Paus Yohanes Paulus II) dari sisi medis,
serta Uskup Agung Angelo Comastri (Presiden Fabbrica de San Pietro dan Vikaris Jenderal
Vatikan dibawah Yohanes Paulus II). Rupanya Karol Wojtyla (nama kecil Paus Yohanes Paulus
II) begitu akrab dengan penderitaan yang telah dialaminya sejak kanak-kanak hingga masa
mudanya dengan meninggalnya ibu, suadara dan ayah beliau.
Didalam buku ini kita diajak mengenang kembali kala Paus Yohanes Paulus II mengalami
penderitaan dalam sakitnya yang dimulai terjadinya penembakan terhadap Paus Yohanes paulus II pada Tanggal 13 Mei 1981 oleh Ali Agca. Menurut Uskup Agung Dziwisz, Paus Yohanes Paulus II masa itu berada "dalam sanggar derita dan harapan" dimana beliau mendapat pengalaman yang paling dalam atas kedekatan beliau dengan para penderita. Serta Jalan Salib Bapa Suci secara diam-diam dijalaninya hingga puncaknya pada tanggal 2 April 2005. Kesaksian oleh sekretaris pribadi Paus Yohanes Paulus II dan kesaksial dokter pribadi Bapa Suci sejak tahun 1978 melengkapi dalam buku ini mengenang masa - masa keberadaan Bapa Suci di "Vatikan III" sampai pergi meninggalkan dunia.
Namun mungkinkah membuat kerangka dasar untuk pengudusan Yohanes Paulus II?, hanya
Gereja sendirilah yang berhak menentukannya. Dengan memerhatikan semua tindakan dan gerak- gerik Yohanes Paulus II, dengan merenungkan pidato-pidato dan dokumen yang ditulisnya, orang akan menyadari bagaimana sikap perasaan Yohanes Paulus II kepada Maria yang merupakan sumber inspirasi yang mewarnai peziarahannya mengikuti jejak Yesus. kemudian, waktu beliau pergi ke Fatima, mempersembahkan peluru berbahaya yang gagal membunuh diri beliau, kepada Maria (peluru itu kemudian ditempatkan pada mahkota patung Bunda Maria dari Fatima, oleh Uskup Leiria-Fatima); hal ini juga menjelaskan mengapa beliau terus-menerus melakukan ziarah ke tempat-tempat suci Maria. Demikian juga Menurut penafsiran “para gembala kecil” yang juga diteguhkan oleh Suster Lusia (salah seorang gadis kecil yang mengalami penampakan Bunda Maria di Lourdes), “Uskup berjubah putih” yang dalam visi itu berdoa untuk kaum beriman adalah Paus (Yohanes Paulus II). Ketika ia berusaha keras berjalan menuju salib di tengah mayat-mayat martir (para skup,imam, biarawan- biarawati, dan banyak awam), ia juga jatuh ke tanah, tampaknya mati karena ditembak.
Berikut ini adalah teks pernyataan yang diterbitkan oleh Kongregasi Penggelaran
Kudus, yang ditanda tangani oleh Kardinal Jose Saraiva Martins dan oleh sekretaris Konggregasi, Yang Mulia Uskup Agung Edward Nowak:
“Atas permintaan Yang Terhormat dan Yang Mulia Kardinal Camillo Ruini, Vikaris Jenderal
Yang Mulia Uskup Keuskupan Roma, Paus Benediktus XVI, setelah mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang dijelaskan oleh Kardinal Vikaris selama audiensi dengan beliau pada tanggal 28 bulan April tahun 2005, diberikan dispensasi dari masa tunggu lima tahun setelah wafatnya Hamba Tuhan Yohanes Paulus II, sehingga proses pemberian gelar orang kudus dapat dimulai dengan segera. Diberikan di Roma, dari kantor Kongregasi Penggelaran Kudus, 9 Mei 2005.”
Dan inilah beberapa hal yang saya catat dalam buku ini.
1. Paus Yohanes Paulus II wafat, beralih "dari hidup yang satu pada hidup yang baru" pada
hari pertama yang dipersembahkan kepada Bunda Maria ( 2 April 2005, merupakan sabtu pertama dalam bulan dan dalam pesta liturgi Kerahiman Ilahi." Peralihan menuju keabadian, yang dipandang sebagai partisipasi segenap keluarga manusia, merupakan ajaran terakhir dari Paus Yohanes Paulus II.
2. Dalam bukunya yang terakhir "Memory and Identity", Paus Yohanes Paulus II mewariskan
kepada kita tafsiran atas penderitaan pribadinya yang bukan merupakan teori teologi dan
filsafat, melainkan buah yang matang dari perjalanan pribadinya menempuh lorong
penderiataan, yang ditanggungnya dengan iman atas Tuhan yang Tersalib.
3. Didalam buku itu pula, Paus Yohanes Paulus II menulis "Adakah suatu batas dimana
kekuasaan kejahatan akan berantakan?.". "Ya. Ada" jawabnya.
Kekuatan yang membatasi kekuasaan kejahatan adalah Kerahiman Ilahi. Kekerasan yang merupakan pameran kejahatan dalam sejarah dipertentangkan dengan Kerahiman Ilahi. Anak Domba lebihkuat daripada naga, kita dapat mengatakan itu bersama dengan Kitab Wahyu.
4. Paus Yohanes Paulus II juga mengajarkan bahwa saat-saat penderitan dan kematian
harus dihayati dalam terang iman, dengan kasih dan harapan kristiani, dalam kepasrahan
seluruhnya pada kehendak Tuhan.
5. Masih banyak lagi ajaran-ajaran Paus Yohanes Paulus II dalam buku ini, dan inilah
warisan untuk kita :
"Totus tuus, Maria! Sepenuhnya untukmu, Maria!" ;
"O Crux, ave spes unica! O Salib, satu-satunya harapan kami!";
"berilah kami kesabaran dan keberanian, dan berilah damai pada dunia"
6. Marilah kita berdoa untuk beliau dalam proses pemberian gelar orang kudus.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment