Thursday, January 7, 2010
Seks di Peradaban Kuno Mesir
5.000 tahun yang lalu diperadaban kuno Mesir tidak berbeda jauh
dengan pendahulunnya Mesopotamia. Orang mesir percaya bahwa seksualitas dan spritualitas adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagian besar orang Mesir menikmati seks sebagai sarana hiburan selain sebagai sarana mendapatkan keturunan.
Perkawinan antara saudara khususnya dalam kerajaan Mesir bukanlah suatu hal yang ganjil. Seorang raja bisa saja menikahi anak perempuannya sendiri, seorang kakak bisa menikahi adik kandungnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian darah raja dan keturunannya. Dengan perkawinan sedarah ini, keluarga kerajaan juga tetap terjaga dari unsur luar (menurut ilmu pengetahuan modern,perkawinan sedarah ini akan ikut menurunkan penyakit keluarga).
Catatan seksualitas orang mesir tercatat di dinding dalam Piramida Giza berupa gambar-gambar dan ukiran di dinding. Piramida ini adalah piramida tertua sampai sekarang masih berdiri kokoh yang didirikan oleh Raja Khufu 2560 tahun sebelum masehi. Simbolisme seks orang Mesir kuno digambarkan dengan seorang pria sedang memegang tombak. Selain itu, terdapat simbolisme seks lainnya berupa gambar sayap, burung, angsa, bahkan monyet. Menurut catatan Herodotus, seorang sejarahwan Yunani kuno mengatakan, Raja Khufu dari dinasti ke empat kerajaan Mesir ini mengumpulkan dana untuk membangun Piramida Giza dengan menjual putrinya sendiri sebagai prostitusi.
Kesenangan bersamaan dengan keinginan mendapatkan keturunan, erotisme, dan seks setelah kehidupan berikutnya adalah semua elemen penting bagi eksualitas orang Mesir kuno. Mereka yang percaya dan menjalankan kultur yang telah berumur hampir 5.000 tahun yang lalu ini, berusaha menyelaraskan seks dan spritualitas guna mencapai keseimbangan yang harmonis diantara kesenangan jasmani dan kesempurnaan jiwa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment